INFLASI
DI NEGARA YUNANI
A. SEJARAH PERKEMBANGAN YUNANI
Yunani Kuno adalah peradaban dalam
sejarah
Yunani yang dimulai dari periode Yunani Arkais
pada abad ke-8 sampai ke-6 SM, hingga berahirnya Zaman Kuno
dan dimulainya Abad Pertengahan Awal. Peradaban ini
mencapai puncaknya pada periode Yunani Klasik,
yang mulai berkembang pada abad ke-5 sampai ke-4 SM. Pada periode klasik ini
Yunani dipimpin oleh negara-kota Athena dan berhasil menghalau serangan Kekaisaran
Persia. Masa keemasan Athena berakhir dengan takluknya Athena kepada
Sparta
dalam Perang Peloponnesos pada tahun 404 SM. Seiring
penaklukan oleh Aleksander Agung, kebudayaan Yunani, yang
dikenal sebagai peradaban Hellenistik, berkembang mulai
dari Asia Tengah
sampai ujung barat Laut Tengah.
Istilah
"Yunani Kuno" diterapkan pada wilayah yang menggunakan bahasa Yunani
pada Zaman Kuno. Wilayahnya tidak hanya terbatas pada semenanjung Yunani modern,
tapi juga termasuk wilayah lain yang didiami orang-orang Yunani, di antaranya Siprus
dan Kepulauan Aigea, pesisir Anatolia
(saat itu disebut Ionia),
Sisilia
dan bagian selatan Italia
(dikenal sebagai Yunani Besar), serta pemukiman Yunani lain yang
tersebar sepanjang pantai Kolkhis, Illyria, Thrakia, Mesir, Kyrenaika, Galia selatan, Semenanjung Iberia timur dan timur laut, Iberia,
dan Taurika.
Oleh
sebagian besar sejarawan, peradaban ini dianggap merupakan peletak dasar bagi
Peradaban
Barat. Budaya Yunani memberi pengaruh kuat bagi Kekaisaran
Romawi, yang selanjutnya meneruskan versinya ke bagian lain Eropa. Peradaban Yunani
Kuno juga sangat berpengaruh pada bahasa, politik, sistem pendidikan, filsafat,
ilmu, dan seni, mendorong Renaisans di Eropa Barat,
dan bangkit kembali pada masa kebangkitan Neo-Klasik pada abad ke-18
dan ke-19
di Eropa dan Amerika.
Tidak ada kesepakatan yang tetap dan
universal mengenai waktu awal dan akhir masa Antikuitas
Klasik. Biasanya dimulai sejak abad ke-8 SM sampai abad ke-6 M, atau
sekitar 1300 tahun.
Antikuitas Klasik di Yunani
didahului oleh Zaman Kegelapan Yunani (1100 - 750
SM), yang secara arkeologis dicirikan dengan gaya tembikar protogeometris dan geometris,
yang dilanjutkan oleh Periode Oriental, yaitu
pengaruh yang kuat terhadap Yunani dari budaya Suriah-Hittit, Asiria, Punisia dan Mesir.
Secara tradisional, periode
Arkais di Yunani kuno dimulai dari kuatnya pengaruh Oriental pada
abad ke-8 SM, yang merupakan salah satu faktor yang menjadikan Yunani memiliki huruf alfabet
sendiri. Dengan alfabet, muncullah karya tulis Yunani kuno, yang paling
terkenal adalah buatan Homeros dan Hesiodos. Setelah periode Arkais, dimulailah periode
Klasik sekitar 500 SM, yang pada gilirannya dilanjutkan oleh periode Hellenistik setelah kematian Aleksander
Agung pada 323 SM.
Sejarah
Yunani pada Antikuitas Klasik dapat dibagi menjadi beberapa periode
berikut:
a.
Periode
Arkais (750 - 500 SM) adalah ketika para seniman mmebuat patung
berdiri dalam pose yang kaku dan keramat dengan 'senyum arkais'. Periode
Arkais biasanya disebut bekahir dengan penggulingan kekuasaan tiran Athena
yang terakhir pada 510 SM.
b.
Periode
Klasik (500 - 323 SM) dicirikan dengan gaya yang oleh para pengamat
berikutnya disebut sebagai contoh, atau klasik, misalnya Parthenon.
Dalam politik, periode Klasik didominasi oleh Athena
dan Liga Delos
pada abad ke-5 SM, yang digantikan oleh Hegemoni Sparta pada awal
abad ke-4 SM, sebelum kekuasaan beralih pada Thebes dan Liga Boiotia dan akhirnya
pada Liga Korinthos yang dipimpin oleh Makedonia.
c.
Periode
Hellenistik (323-146 SM) adalah ketika budaya dan kekuasaan Yunani
menyebar sampai ke Timur Dekat dan Timur Tengah.
Periode ini dimulai setelah kematian Aleksander Agung dan berakhir dengan
penaklukan Yunani oleh Romawi.
d.
Yunani Romawi adalah
periode yang berlangsung sejak Romawi menaklukan Korinthos
dalam Pertempuran
Korinthos pada 146 SM sampai didirikannya Bizantium
oleh kaisar Konstantinus sebagai ibukota Kekaisaran
Romawi pada 330 SM.
e.
Fase akhir
Antikuitas adalah periode Kristenisasi
dari akhir abad ke-4 M sampai abad ke-6 M, biasanya disebut berakhir setelah
ditutupnya Akademi Neoplatonik
oleh kaisar Yustinianus I pada 529 M.
Periode bersejarah di Yunani kuno adalah unik dalam sejarah
dunia karena merupakan periode pertama yang dibuktikan dengan adanya historiografi yang layak, sedangkan protosejarah dan sejarah kuno yang lebih awal lebih banyak
diketahui melalui bukti situasional, misalnya annal, atau daftar raja, dan
epigrafu pragmatis.
Herodotos dikenal
secara luas sebagai "bapak sejarah", judul karyanya, Historia, menjadi asal kata untuk history.
Karya Herodotos ditulis antara 450 SM sampai 420 SM dan cakupannya mencapai
satu abad ke belakang, membahas tokoh-tokoh bersejarah dari abad ke-6 seperti Darius I dari
Persia, Kambises II dan Psamtik III, serta menyinggung beberapa
tokoh dari abad ke-8 semisal Kandaules.
Herodotos dilanjutkan oleh para penulis semacam Thukydides, Xenophon, Demosthenes,
Plato dan Aristoteles. Sebagian besar dari para penulis
ini adalah orang Athena
atau pro-Athena, sehingga sejarah dan politik kota Athena lebih banyak
diketahui daripada kota-kota lainnya. Cakupan mereka terbatas pada sejarah diplomasi,
militer, dan politik, dan mengabaikan sejarah ekonomi dan sosial.
Periode Arkais dimulai pada abad ke-8 SM, ketika Yunani
mulai bangkit dari Zaman Kegelapan yang ditandai dengan keruntuhan peradaban
Mykenai. Peradaban baca-tulis telah musnah dan aksara
Mykenai telah dilupakan, akan tetapi bangsa Yunani mengadopsi alfabet Punisia,
memodifikasinya dan menciptakan alfabet
Yunani. Sekitar abad ke-9 SM catatan tertulis mulai muncul. Yunani
saat itu terbagi-bagi menjadi banyak komunitas kecil yang berdaulat, terbentuk
sesuai pola geografis Yunani, dimana setiap pulau, lembah, dan dataran terpisah
satu sama lain oleh laut atau pengunungan.
Perang Lelantin (710–650
SM) adalah konflik yang berlangsung pada masa ini dan merupakan perang tertua
yang berhasil terdokumentasikan dari masa Yunani kuno. Konflik ini adalah
pertikaian antara Polis
(negara kota)
Khalkis
dan Eretria
dalam memperebutkan tanah Lelantina yang subur di Euboia.
Kedua kota itu menderita kemunduran akibat lamanya perang, meskipun Khalkis
menjadi pemenangnya.
Kaum saudagar
berkembang pada paruh pertama abad ke-7 SM, ditunjukkan dengan diperkenalkannya
mata uang koin sekitar 680
SM. Hal ini nampaknya menimbulkan ketegangan pada banyak negara kota. Rezim kaum
aristokrat yang secara umum memerintah polis kini terancam oleh para
saudagar kaya, yang pada gilirannya menginginkan juga kekuasaan politik. Sejak
tahun 650 SM, para aristokrat harus berusaha supaya tidak digulingkan dan
digantikan oleh tiran
populis. Kata ini berasal
dari kata Yunani non-peyoratif, τύραννος "("tyrannos"),
bermakna 'penguasa tidak sah', meskipun gelar ini berlaku baik untuk pemimpin
yang bagus maupun yang buruk.
Populasi yang bertambah dan kurangnya lahan nampaknya telah
memicu perselisihan internal antara kaum kaya dan kaum miskin di banyak negara
kota. Di Sparta,
Perang Messenia terjadi
dan akibatnya Messenia ditaklukan dan
penduduknya dijadikan budak. Perang ini dimulai pada paruh kedua abad ke-8 SM,
dan merupakan suatu tindakan tanpa pendahulu di Yunani kuno. Praktik ini
memungkinkan terjadinya revolusi sosial.[Penduduk yang diperbudak,
yang kemudian disebut helot, dipaksa untuk bertani dan bekerja untuk rakyat Sparta,
sementara semua lelaki Sparta menjadi prajurit dan masuk ke dalam Pasukan
Sparta. Ini telah menjadikan Sparta sebagai negara yang
termiliterisasi secara permanen. Bahkan orang kaya juga harus hidup dan
berlatih sebagai prajurit seperti halnya kaum miskin. Penyetaraan ini bertujuan
mengurangi potensi terjadinya konflik sosial antara kaum kaya dan kaum miskin.
Reformasi ini disebut-sebut dilakukan oleh Lykurgos dari Sparta dan
kemungkinan selesai pada 650 SM.
Athena menderita krisis tanah dan
pertanian pada akhir abad ke-7 SM dan lagi-lagi mengalami perang saudara. arkhon (hakim kepala) Drako membuat beberapa
perubahan terhadap kode hukum pada 621 SM, tapi tindakan ini gagal meredakan
konflik. Pada akhirnya reformasi terjadi berkat Solon (594 SM), yang
memperbanyak tanah untuk orang miskin tapi menempatkan kaum aristokrat sebagai
pemegang kekuasaan. Reformasi ini cukup membuat Athena stabil.
Pada abad ke-6 SM beberapa negara
kota telah tumbuh menjadi kekuatan dominan Yunani, antara lain Athena, Sparta, Korinthos,
dan Thebes.
Masing-masing menaklukkan wilayah pedesaan dan kota kecil sekitarnya. Sementara
Athena dan Korinthos juga menjadi kekuatan maritim dan perdagangan terkemuka.
Pertumbuhan penduduk yang pesat pada abad ke-8 dan ke-7 SM telah mengakibatkan
perpindahan penduduk Yunani ke koloni-koloninya di Yunani Besar
(Italia
selatan dan Sisilia),
Asia Minor
dan wilayah lainnya. Emigrasi ini berakhir pada abad ke-6 yang pada saat itu
dunia Yunani, secara budaya dan bahasa, mencakup kawasan yang jauh lebih luas
dari negara Yunani sekarang. Koloni Yunani ini tidak diperintah oleh kota
pembangunnya, meskipun mereka tetap menjalin hubungan keagamaan dan
perdagangan.
Pada
periode ini, perkembangan yang pesat dalam bidang ekonomi terjadi di Yunani dan
juga di daerah-daerah koloninya, yang menikmati kemajuan dalam perdagangan dan
manufaktur. Periode ini juga ditandai dengan meningkatnya standar hidup di
Yunani dan koloninya. Beberapa studi memperkirakan bahwa rata-rata ukuran rumah
tangga Yunani, pada periode 800 SM sampai 300 SM, meningkat sampai lima kali
lipat, yang mengindikasikan adanya peningkatan tajam dalam hal pendapatan para
penduduknya.
Pada paruh
kedua abad ke-6 SM, Athena jatuh dalam cengkeraman tirani Peisistratos
dan putranya; Hippias
dan Hipparkhos.
Akan tetapi pada tahun 510 SM pada pelantikan aristokrat Athena Keisthenes, raja Sparta Kleomenes I
membantu rakyat Athena menggulingkan sang tiran. Setelah itu Sparta dan Athena
berulang kali saling serang, pada suatu saat Kleomenes I mengangkat Isagoras
yang pro-Sparta menjadi arkhon Athena. Untuk mencegah Athena menjadi negara
boneka Sparta, Kleisthenes meminta warga Athena untuk melakukan suatu revolusi
politik: bahwa semua warga Athena memiliki hak dan kewajiban politik yang sama
tanpa memandang status: dengan demikian Athena menjadi "demokrasi".
Gagasan ini disambut oleh warga Athena dengan bersemangat sehingga setelah
berhasil menggulingkan Isagoras dan menerapkan reformasi Kleisthenes, Athena
dengan mudah berhasil menangkal tiga kali serangan Sparta yang berusaha
mengembalikan kekuasaan Isagoras. Bangkitnya demokrasi memulihkan kekuatan
Athena dan memicu dimulainya 'masa keemasan' Athena.
B. BESARNYA INFLASI DI NEGARA YUNANI
C. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
MENGATASI INFLASI
Untuk mengatasinya pemerintah melakukan beberapa
kebijakan yang menyangkut bidang moneter, fiskal dan non moneter. Adapun
penjelasan kebijakan tersebut akan diuraikan di bawah ini :
a.
Kebijakan
Moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional
dengan cara mengubah jumlah uang yang beredar. Penyebab inflasi diantara jumlah
uang yang beredar terlalu banyak sehingga dengan kebijakan ini diharapkan
jumlah uang yang beredar dapat dikurangi menuju kondisi normal. Untuk
menjalankan kebijakan ini Bank Indonesia menjalankan beberapa politik/kebijakan
yaitu politik diskonto, politik pasar terbuka dan menaikan cash ratio.
1. Politik Diskonto ditujukan untuk menaikan tingkat
bunga karena dengan bunga kredit tinggi maka aktivitas ekonomi yang menggunakan
dana pinjaman akan tertahan karena modal pinjaman menjadi mahal.
2. Politik Pasar Terbuka dilakukan dengan cara
menawarkan surat berharga ke pasar modal. Dengan cara ini diharapkan masyarakat
membeli surat berharga tersebut seperti SBI yang memiliki tingkat bunga tinggi,
dan ini merupakan upaya agar uang yang beredar di masyarakat mengalami
penurunan jumlahnya.
3. Cash Ratio artinya cadangan yang diwajibkan oleh
Bank Sentral kepada bank-bank umum yang besarnya tergantung kepada keputusan
dari bank sentral/pemerintah. Dengan jalan menaikan perbandingan antara uang
yang beredar dengan uang yang mengendap di dalam kas mengakibatkan kemampuan
bank untuk menciptakan kredit berkurang sehingga jumlah uang yang beredar akan
berkurang.
b.
Kebijakan Fiskal
adalah kebijakan yang berhubugan dengan finansial pemerintah. Bentuk kebijakan
ini antara lain:
1. Pengurangan pengeluaran pemerintah, sehingga
pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan.
2. Menaikkan pajak, akan mengakibatkan penerimaan uang
masyarakat berkurang dan ini berpengaruh pada daya beli masyarakat yang
menurun, dan tentunya permintaan akan barang dan jasa yang bersifat konsumtif
tentunya berkurang.
c.
Kebijakan
Non-Moneter dapat dilakukan dengan cara menaikan hasil produksi, kebijakan upah
dan pengawasan harga dan distribusi barang.
1. Menaikan hasil produksi, cara ini cukup efektif
mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi tidak
seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu pemerintah membuat
prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi) kepada sektor produksi bahan
bakar, produksi beras.
2. Kebijakan upah, tidak lain merupakan upaya
menstabilkan upah/gaji, dalam pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena
kenaikan yang relatif sering dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan
pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara
keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.
3. Pengawasan harga dan distribusi barang dimaksudkan
agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah
dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian
harga yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang baik
biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka
distribusi barang harus dapat dilakukan dengan lancar, seperti yang dilakukan
pemerintah melalui Bulog atau KUD.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Yunani_Kuno